Selasa, 29 Januari 2019

gedung ibadat di Jakarta Mesjid Gereja Klenteng Tionghoa

Tiga jilid buku Seri Gedung-gedung ibadat yang tua di Jakarta menyajikan data-data terbaru tentang gedung beribadat tiga agama: Islam, Kristen dan Budhis-Konfusianis-Taois. Lukisan, foto dan denah lama disajikan dengan sumber-sumber sejak awal abad ke-17. Banyak dokumen yang belum pernah dipakai dimanfaatkan dalam tulisan-tulisan tentang sejarah Ibukota untuk pertama kalinya, sehingga sejarah lebih pasti. Gedung-gedung beribadat – gereja klenteng dan mesjid – merupakan warisan budaya, arsitektur dan sejarah Jakarta yang perlu dikenal, dipelihara dan dihormati.

Gereja-gereja tua di Jakarta
Gereja-gereja lama dikembangkan dengan latarbelakang umat Kristen-Katolik dan Protestan. Membuka tabir sejarah ini menarik sekali bagi pengunjung gereja sekarang.
Ukuran   : 18 x 25cm
Halaman : 240
Harga     : Rp 80.000,-




Mesjid-mesjid tua di Jakarta
Beberapa mesjid yang sekarang ada sudah dibangun pada abad ke-17 oleh kaum Islam, yang berbeda suku-bangsa: Moor ­(India), Bali, Tionghoa dan Arab. Arsitektur mesjid tua di Jakarta menampakkan latarbelakang kebudayaan yang aneka ragam ini. Beberapa dokumen yang belum pernah diterbitkan, digunakan untuk buku ini: Banyak foto dan peta. – Kata pengantar tentang Mesjid sebagai refleksi peradaban Islam oleh Prof. Dr. Azyumardi Azra.
Ukuran   : 18 x 25cm
Halaman : 112
Harga     : Rp 60.000,-





Klenteng-klenteng dan masyarakat Tionghoa di Jakarta
Sejarah Klenteng berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat Tionghoa di Jakarta. Pengarang Claudine Salmon dan Denys Lombard, sinolog kenamaan, menyajikan hasil studi yang teliti dan sangat menarik. Banyak foto dan denah. Inilah edisi ke-2 dari buku yang dipublikasikan pertama kali dalam bahasa Inggris.

Ukuran   : 18 x 25cm
Halaman : 120
Harga     : Rp 60.000,-




Tidak ada komentar:

Posting Komentar